15 March 2010

MENYIKAPI MUSIBAH

Disedari atau tidak, ternyata tidak sedikit orang yang hancur luluh keimanannya hanya karena ketidakmampuannya menghadapi musibah dalam hidup. Salah satu penyebabnya karena salah dalam memahami makna musibah dan salah pula dalam menyikapinya.(respon) Kesalahan seseorang dalam memaknai dan menyikapi musibah mengakibatkan kesan sangat besar terhadap keimanannya.”

Bagi seorang mu’min tentu meyakini bahwa, segala sesuatu hanya akan terjadi di dunia ini karena, “Kun Fayakun” Allah, sehingga segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan ini terutama yang tidak kita inginkan sepatutnya menjadi bahan muhasabah atau tazkirah (peringatan) apa yang sebenarnya sedang Allah rencanakan untuk kita.

Berbicara masalah musibah, sebenarnya musibah adalah sesuatu yang mutlak akan dialami oleh manusia dalam menjalani kehidupannya, baik seseorang itu yang kafir maupun mu'min. Jika musibah menimpa orang yang kafir, pasti itu adalah azab. Allah SWT berfirman: “Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia), sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. As Sajdah, 32 : 21).

Namun, jika menimpa orang yang mu'min, pasti itu adalah bentuk kasih-sayang Allah SWT. Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw pernah menyatakan, "Jika Allah sudah mencintai suatu kaum maka Allah SWT akan memberikan bala, ujian atau cobaan". Ini semakin mempertegas kepada kita bahwa musibah bagi orang-orang yang mu'min itu sebagai bentuk kasih-sayang.

Paling tidak, ada "tiga" kemungkinan yang mendasari terjadinya musibah yang menurut Al Qur'an sebagai bentuk kasih-sayang Allah SWT kepada orang-orang mu'min.

Pertama, sebagai ujian keimanan bagi orang mu'min. Kasih-sayang Allah kepada hamba-Nya yang mu'min di antaranya ditunjukkan-Nya dengan menurunkan musibah dengan memberikan peluang kepada hamba-hamba-Nya yang mu'min untuk mengikuti ujian dalam proses peningkatan keimanannya. Allah SWT berfirman: "Adakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan saja oleh Allah untuk menyatakan, "aamannaa" (kami telah beriman) padahal Kami belum lagi memberikan ujian kepada mereka. Sungguh telah Kami uji umat sebelum mereka, dengan ujian itu jelaslah oleh Kami siapa yang benar pengakuan keimanannya itu dan siapa pula yang dusta" (Al Ankabuut, 29 : 2-3).

Hakikatnya ujian itu sendiri sebenarnya adalah sesuatu hal yang sangat positif, yang tidak positif adalah jika seseorang yang telah diberi peluang untuk mengikuti ujian lalu ia tidak memanfaatkan peluang tersebut secara optimal sehingga tidak lulus. Betapa ruginya seseorang jika tidak diberi kesempatan untuk mengikuti ujian. Sebaliknya, alangkah beruntung dan bahagianya seseorang yang telah diberi peluang mengikuti ujian dan berhasil lulus dalam ujiannya.

Disedari atau tidak, selama ini kita mungkin telah banyak melakukan kekeliruan dalam memaknai dan menyikapi musibah yang terjadi. Kadang pandangan kita selama ini dalam memahami dan menyikapi musibah terlalu cenderung pada nilai duniawi. Kemudian kita menganggap ujian itu sebagai bentuk musibah yang sebenarnya sesuatu yang tidak diharapkan. Sehingga ukuran kesolehan seseorang pun kadang dilihat dari kurangnya musibah dalam hidupnya. Ini pandangan yang keliru terhadap makna musibah yang sebenarnya.

Kedua, boleh jadi musibah sebagai bentuk kasih-sayang Allah SWT kepada orang-orang mu'min "bukan" sebagai ujian keimanan, tetapi justeru karena Allah SWT sedang memilihkan hal yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya yang dicintai-Nya. Namun, karena ketidakmampuan untuk memahami hikmah di balik dari suatu peristiwa, lantas kita akhirnya menganggap peristiwa yang terjadi itu sebagai musibah.

Karena ketidakmungkinan manusia “memastikan” apa yang akan terjadi (QS. Lukman : 34) maka acapkali kita tidak mampu memahami hikmah di balik peristiwa yang sedang terjadi. Terkadang kita baru dapat merasakan hikmahnya setelah sekian lama mengalaminya. Pada saat peristiwa boleh jadi kita menganggapnya sebagai musibah, tapi setelah berlalu beberapa waktu mungkin seminggu, sebulan bahkan mungkin setelah beberapa tahun, barulah kita menyatakan rasa syukur setelah menyedari hikmahnya.

Sebagai contoh, seseorang sudah berniat bahkan telah melakukan berbagai macam persiapan untuk menghadiri suatu acara penting yang tempatnya jauh ,di antaranya dengan memesan tiket pesawat. Pada saat keberangkatan, atas takdir-Nya ternyata ia terlambat hanya beberapa minit. Ungkapan perasaan yang muncul saat itu mungkin ungkapan dalam bentuk cacian, makian atau dan lain sebagainya. Setelah beberapa saat kemudian melalui berita terkini diberitakan bahwa pesawat yang sepatutnya akan ditumpangi tadi jatuh terhempas. Barulah saat itu dia sedar dan bersyukur karena tertinggal pesawat.

Karena ketidakmampuan membaca hikmah dari suatu peristiwa, maka sering terjadi orang yang semestinya bersyukur malah mencaci-maki, yang semestinya tertawa malah menangis. Sebaliknya, dia tertawa pada saat seharusnya dia menangis. Semua ini terjadi oleh sebab ketidakmampuan manusia memastikan apa yang akan terjadi, Allah SWT berfirman: "Tidak ada satu jiwa pun yang bisa mengetahui apa yang akan terjadi besok"(Luqman, 31 : 34).

Di sisi lain Allah SWT juga mengingatkan, "Boleh jadi kamu sangat tidak menyukai peristiwa yang menimpa diri kamu, padahal itu sangat baik sekali bagimu. Boleh jadi sesuatu itu yang sangat kamu sukai, padahal sesuatu itu yang sangat tidak baik bagi kamu. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui, kalian tidak tahu apa-apa" (Al Baqarah, 2 : 216). Oleh karena ketidakmampuan kita dalam memahami hikmah dari satu peristiwa yang menimpa kehidupan kita, maka kita menganggap sesuatu itu tidak baik padahal ia sangat baik. Sebaliknya, kita menganggap sesuatu itu tidak baik, padahal ia sangat baik bagi kita. Jadi, sangat mungkin sekali bahwa musibah yang menimpa diri kita saat ini sebenarnya bentuk kasih-sayang-Nya, karena Allah sedang memilihkan sesuatu yang terbaik bagi kita dunia dan akhirat.

Ketiga, boleh jadi juga musibah yang menimpa kehidupan seorang mu'min "bukan" sebagai ujian keimanan dan "bukan" pula pilihan Allah yang terbaik, tetapi semata-mata azab dari Allah SWT bagi seorang mu’min masih dalam konteks kasih-sayang-Nya. Karena menurut Allah SWT hamba-Nya yang mu'min itu sudah mulai jauh meninggalkan syari’at-Nya di mana yang bersangkutan baru akan sedar jika diturunkan azab sebagai peringatan kepadanya agar ia segera kembali hidup di jalan yang diredhaiNya.

Kalau musibah itu merupakan ujian keimanan, maka kita harus bersyukur. Lebih bersyukur lagi kalau musibah itu adalah pilihan Allah yang terbaik, berarti Allah sedang sangat sayang kepada kita, sedang membimbing dan menunjukkan apa yang terbaik bagi kita. Bahkan, kalau pun musibah itu sebagai azab, tetap kita mesti bersyukur kepada-Nya karena Allah masih mahu mengingatkan agar segera bertaubat dan memperbaiki diri sebelum ajal menjemput kita.

Marilah kita sama2 merenung sejenak, sebuah kisah yang memaparkan suatu "ibroh" (pelajaran) bagi kita, di mana betapa luar biasanya buah keimanan dapat mengecilkan erti musibah duniawi. Dikisahkan salah seorang tabi'in bernama Urwah bin Zabir, yang Allah takdirkan salah satu kakinya dari lutut ke bawah sakit hingga membusuk. Tak lama kemudian didatangkan 4 orang Tabib sebagai upaya penyembuhan. Ternyata hasil diagnosa 4 Tabib menyimpulkan bahwa tidak ada cara lain kecuali harus dipotong kaki yang membusuk tersebut. Jika tidak, maka dikhawatirkan penyakitnya akan menjalar ke seluruh tubuh.

Ketika berita ini disampaikan kepada Urwah, dengan tenang dia mengatakan, kalau memang itu adalah keputusan para Tabib, kenapa tidak segera dilakukan ? Sebelum pelaksanaan operasi, dihulurkanlah oleh Tabib minuman kepada Urwah sambil mengatakan, silakan anda minum terlebih dahulu. Ketika Urwah mau meminumnya terciumlah aroma lain, maka dia bertanya, minuman apa ini ? “Arak”, kata Tabib. Maksudnya apa, tanya Urwah. Jawab Tabib: “supaya anda mabuk agar mengurangi sedikit rasa sakit karena sebentar lagi kaki anda akan kami gergaji mulai dari kulit, daging hingga tulang. Dan, tentu saja akan terjadi pendarahan yang luar biasa. Supaya darah tidak terus mengalir, maka sudah kami siapkan "kuali" dengan minyak goreng yang sudah mendidih. Setelah kaki anda dipotong agar jangan terus mengeluarkan darah maka kaki anda itu akan kami masukkan ke dalam kuali agar cepat kering.

Jawab Urwah, “Sungguh sulit diterima akal sehat jika ada seorang mu'min yang beriman kepada Allah lantas dia meminum sesuatu untuk menghilangkan akalnya. Sehingga dia sudah tidak ingat lagi siapa Tuhannya? Betapa saya meragukan keimanan seseorang yang sampai mau meminum khamr sehingga dia tidak sedar bahwa Allah itu ada, bagaimana bisa diyakini keimanan seperti itu. Saya tidak ingin sedikit pun termasuk orang seperti itu, untuk itu buanglah jauh-jauh khamar dari depan mukaku”.

“Lantas apa yang mesti kami lakukan?”, kata Tabib. Urwah berkata: “setelah saya memberi isyarat dengan tangan saya, silakan laksanakan tugas kalian, gergaji kaki saya dan masukkan ke dalam kuali”. Lalu Urwah pun asyik khusyu’ berzikir sampai kemudian dia angkat tangannya sambil terus berzikir memejamkan mata pertanda dia sudah siap untuk digergaji kakinya. Maka digergajilah kaki Urwah dan langsung dimasukkan dalam kuali. Konon, dia sempat pingsan. Setelah siuman, sambil tetap berbaring di tempat tidur, dia meminta kepada orang di sekelilingnya agar potongan kakinya tersebut setelah dimandikan dan dikafani dan sebelum dikuburkan dapat dihadirkan kepadanya.

Dibawakanlah potongan kakinya dan sambil berbaring dia angkat potongan kaki itu sambil mengatakan, Ya Allah, Alhamdulillah, selama ini Engkau telah karuniakan saya dua kaki, kelak kaki ini akan menjadi saksi di akhirat nanti. Ya Allah, Demi Allah, saya tidak pernah membawa dia melangkah ke jalan yang tidak Engkau ridhai. Kini, Engkau ambil yang hakikatnya adalah milik-Mu Ya Allah, innalillaahi wa inna ilaihi rajiuun, mudah-mudahan saya masih dapat memanfaatkan kaki yang tersisa ini. Lantas potongan kaki pun diberikan sambil ia meminta dikuburkan.

Nyaris tidak ada kesedihan, tapi tiba-tiba Urwah menangis. Orang yang menyaksikan sejak awal itu berkomentar: “kami dari tadi begitu merasa bangga dengan ketabahan anda, lalu kenapa engkau kini menangis, wahai Urwah ?” Beliau menjawab: “Demi Allah, hanya Allah yang Mahatahu, saya bukan menangis karena hilangnya satu kaki saya, yang hakikatnya milik Allah, tapi yang membuat saya menangis hanyalah kekhawatiran, apakah dengan kaki yang hanya tinggal satu ini saya masih mampu beribadah dengan sempurna kepada Allah ?

Allahu Akbar! Luar biasa keimanan Urwah, dunia menjadi kecil di mata orang mukmin seperti Urwah ini. Siang hari dia menjalani pembedahan, malamnya salah satu dari tujuh orang anaknya meninggal dunia. Ketika berita duka ini disampaikan, beliau berkata, saya belum dapat bangkit dari tempat tidur ini, karenanya tolong urus jenazahnya, mandikan, kafani dan shalatkan. Sebelum dikuburkan izinkan saya memegang sejenak jenazah anak saya. Ketika jenazah putranya diberikan kepadanya, ia pun memegang jenazah anaknya sambil mengusap kepalanya dan bardoa, “Ya Allah, Alhamdulillah, Engkau telah karuniai saya tujuh anak. Mudah-mudahan sebagai ayah mereka sudah saya laksanakan kewajiban mendidik mereka di jalan yang Engkau ridhai. Ya Allah, sekarang Engkau ambil salah seorang di antara mereka, milik-Mu Ya Allah, bukan milikku. Innalillaahi wa inna ilaihi rajiuun, mudah-mudahan Engkau masih memberikan manfaat untuk 6 anak yang masih tersisa.

Allahu Akbar!! bagi orang mukmin hanya Allah yang “Akbar” dunia dan segala isinya “kecil” di mata seorang yang mencintai Allah di atas cinta kepada selain Allah SWT.

10 March 2010

1 MAC 2010 SERIBU KENANGAN


1 Mac datang berkunjung lagi..Alhamdulillah setahun dah berlalu semenjak 1 mac 2010.
Puji syukur yg tidak terhingga ku panjatkan kepada Allah yg Maha Rahim dan Maha Rahman.
Usia yg sudah mnginjak hampir separuh abad.. bila muhasabah balik, rasa cemas, takut,bimbang berbagai perasaan berbaur menjadi satu.Setelah puluhan tahun Allah titipkan umur ini sudahkah aku menjadi seorang hamba Allah yang patuh dan taat, menjadikan DIA Ghayah dalam kehidupan .RedhaNya menjadi dambaan dan menata kehidupan mengikut qudwah indah dan hasanah dr Rasulullah saw tercinta ..Mudahkan aku Ya Rabb menelusuri sisa2 umur ya Engkau berikan dengan penuh pengabdian seorang hamba.

Tahun ini seperti biasa, mesti dia yg juara ,putri kesayangan yg kkdg keluar sifat kemanjaannya..wish me happy birthday n doa. Ahmad dr Yaman tidak ketinggalan.Tapi ada yg lawak ada yg nk bagi hadiah pop ice perisa kek harijadi.. mana nk carik. dah suruh kita yg beli..isk2 kreatif betul nk perkena orang..x pe lah yg penting semua orang bahagia...

Bila buka bahagian edit post blog terjumpa ada entri yg pending sejak Mac tahun lalu,sempena hr lahirku jgk..rs nk post je tahun nie sebagai kenangan muga sempat dibaca oleh anak2, anak2 menantu dan cucu2 (beranganlah plk)

Belated post....
Hari ini dah 10 hari Hari Ulang Tahunku berlalu, br berkesempatan mencatat sedikit Coretan . Ulang Tahunku tahun ini terasa lebih meriah diraikan,bukan kerana Pesta Ulangtahun atau Acara Potong kek (memang x pernah buatpun..hehe) tapi kerana begitu banyak kiriman ucapan dan doa dan tidak kurang juga yg kirim "kek2 palsu"…..hehe .dari sahabat2,anak2 didik,madu', sanak sedara dan keluarga tercinta. terasa begitu indah dan manisnya ukhuwah fillah....
Anak-anakku masing-masing dengan cara tersendiri mengungkapkan doa dan ucapan mereka. Yang pertama sekali wish slps my hubby puteri tunggalku Sarah, tepat tengah malam 01 Mac ada bunyi message signal tgk2 dia hantar ucapan ulangtahun dan doa dipanjatkan dari tanah seberang. Esoknya putera sulungku Mohammad wish dalam facebook. Pagi2 dapat jg sms dr si bungsu,Afiif walaupun duduk asrama berusaha jugak pinjam hp senior nk hantar ucapan dn doa. Tengahari dpt call dr puteraku yg kedua, Ahmad, “Happy Birthday ma” katanya dengan iringan bunyi minyak yg tgh mengalir, rupanya tengah monitor juruteknik isi minyak heli. Sehari berlalu, mana Kautsar ni tak wish lagi? Tak ingat ke dia?eh tau2 bila dia sampai 4 hb ari tu dia bagi sekeping kad yg mungil “Happy Belated birthday” dan secebis bingkisan. isi bingkisan itu ku abadikan di sini buat tatapan dan kenangan kami

Bingkisan dari Kautsar

“Tidak ada hadiah yg mampu aya berikan melainkan kasih sayang aya pada mama,walau aya tahu, kasih sayang ini tidak mampu menandingi kasih sayang mama kat aya . Tiada ucapan dan kata-kata yang lebih bernilai melainkan doa tulus dari hati untuk mama,wlupun aya tahu tidak mampu kadang2 menyamai mama yang tidak pernah putus-putus mendoakan aya,tidak pernah jemu dan serik mendoa dan menasihatkan aya.Apapun ma,terima kasih atas segalanya,atas semua yg mama bg kat aya dr kecik sampai besar, tidak jemu melayan kerenah aya,jaga makan minum,pakaian,kesihatan,pendidikan dsb.Terima kasih kerana menjadi ibu yang terbaik buat aya.Ma,aya minta maaf atas segala kesalahan,kekhilafan aya kat mama.mamapun tahu aya ni byk kesalahan aya buat kat mama.Keampunan mama penting untuk mendapat langkah awa ke syurga bersama keluarga nanti.

Redhailah kehidupan anak mama ni,muga dapat juga aya redha Allah,kerana redha Allah itu pada redha mama dan baba.Aya mintak maaf lg byk2 klu kdg2 suka komlen jak,malas tolong mama,selalu sgt minta duit kat mama dan selalu merisaukan mama. Aya tahu mama harapkan kejayaan daripada aya,jadi aya minta maaf kalau kadang2 x sampai hajat mama.Aya akan cuba sedaya upaya belaja sungguh2 untuk kejayaan dunia dan akhirat.

Akhir sekali ma, aya harapkan sangat doa daripada mama untuk aya,spm yang akan keluar x lama lg dan doakan kebahagian aya dalam hidup ni ma.Tanpa doa mama sapalah aya ni.Doakan juga supaya aya dapat jodoh dan isteri yang sholehah,commit dengan dakwah dan tarbiyah dan baik serta cantik(tambahan).Ok itu jaklah yg mampu aya coretkan di sini.minta maaf kalau ada yg terkasar bahasa."

Akhirnya trm kaseh yg tersgt..kpd semua yg mendoakan dan ingatan.. smg sisa umur yg msh tersisa ini dapat di wakafkan untuk menjadi seorg hamba yg muslimah dan muharikah.

01 March 2010

ANTARA DUA PINTU



Tahun itu, adik perempuanku meminta aku temankan dia menunaikan umrah. Sebagai mahramnya aku penuhi juga permintaannya dengan perasaan yang agak berat. Namun setelah berada di sekitar Baitillah, aku tidak dapat menafikan ketenangan dan kedamaian memenuhi setiap sudut hatiku.

Selepas menunaikan solat Isya’ di Masjidil-Haram, mataku terpandang seorang pemuda berkulit putih kemerahan, badannya tinggi lampai dan bermata biru. Dengan sekali pandang saja kita dapat pastikan bahawa dia seorang lelaki Eropah. Dengan lilitan kain ihram berwarna putih, jelas menampakkan suatu pemandangan yang agak berlainan kerana jarang sekali kita bertemu dengan muslim berbangsa Eropah yang mengunjungi Rumah Allah yang mulia ini. Inilah sebahagian petanda Allah qabulkan doa Nabi Ibrahim ‘alaihis-salam supaya menjadikan hati-hati sebahagian manusia cenderung kepada rumah ini.

Dia tersenyum memandangku dan aku membalas senyumannya dengan senyuman yang lebih manis. Ketika aku berkira-kira hendak menegurnya dengan bahasa Inggeri Amerika, dia terlebih dahulu menegurku dengan bahasa Arab fusha pelat Inggerinya:
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته يا أخي
وعليكم السلام يا أخي

- Anta dari negeri Allah yang mana, ya akhi?

- Ana dari Kuwait. Anta tahu tentang Kuwait? Dan anta pula dari mana?

Aku rasa seolah-olah sedang berlakun dalam satu siri kartun bila aku cuba bercakap fusha buat pertama kalinya dalam hidupku. Terus terang aku katakan, memang aku tidak pernah bercakap bahasa Arab fusha. Sekali sekala aku cuba tiru lahjah Iraq, Mesir, Lubnan dan lain-lain. Namun bahasa fusha, tidak pernah sama sekali.

- Ana dari Belanda. Ana tidak tahu tentang Kuwait kecuali apa yang terlukis di atas peta. Tetapi antum sangat bertuah kerana antum dari Negara Arab dan muslim.

- Antum juga bertuah tinggal di Belanda, sebuah Negara bebas di mana dadah dan candu dijual di kedai-kedai kopi di bawah pengawasan polis!

Dia tersenyum sambil membalas gurauanku dengan bahasa Arab fushanya:

- Antumlah yang bertuah kerana antum berhubung langsung dengan rahsia abadi, candu kebahagiaan yang mengeluarkan antum dari lingkaran!

- Lingkaran apa yang anta maksudkan?

- Lingkaran kehidupan manusia: lahir, masuk sekolah, bekerja, berkahwin kemudian mati!!

سبحان الله ! Orang putih kemerahan ini, yang datang dari kejauhan Eropah sana bercakap dengan bahasa yang sama dengan apa yang ada dalam fikiranku! Dia juga mengetahui tentang lingkaran kehidupan!

Aku menganggukkan kepala seraya berkata:

- Apa caranya untuk kita keluar dari lingkaran ini? Semua kita telah di tentukan begitu!

- Rahsia untuk keluar dari lingkaran itu, antumlah yang memilikinya! Keluarnya antum dari lingkaran itu mestilah dalam lingkungan lingkaran itu juga!

- Ana tidak faham sedikitpun falsafah yang anta cuba kemukakan itu! Bagaimana mungkin ana keluar dari lingkaran sedangkan ana berjalan di dalam lingkungannya?

- Beza antara kami dengan antum adalah, kami terpaksa mengkaji, membaca, membuat perbandingan antara pelbagai falsafah dan pelbagai agama sehingga akhirnya barulah kami sampai kepada kebenaran. Adapun antum, sangat bertuah kerana antum telah mewarisi kebenaran itu, telah tersedia dengan mudah! Mungkin kerana warisan itulah yang menghalang antum daripada berfikir dengan mendalam mengenainya.

- Ana masih bingung dan tidak faham apa yang anta maksudkan?

- Bayangkan anta sekarang berada di atas satu jalan yang panjang dan gelap. Nun jauh di hujung jalan terdapat dua pintu yang tertutup rapat. Setiap manusia pasti akan melalui jalan itu hingga ke penghujungnya. Apabila dia sampai ke penghujung, akan dibukakan untuknya salah satu daripada dua pintu itu untuk dimasukinya…

- Pemandangan yang anih…

- Bayangkan manusia yang melalui jalan itu terdiri daripada dua golongan. Satu golongan mengetahui apa yang ada di balik setiap pintu itu dan satu golongan lagi dalam kebingungan, tidak tahu dan tidak boleh menggambarkan apa yang ada di belakang pintu itu? Kedua-dua golongan itu berjalan menuju ke situ, ke arah dua pintu itu. Jadi pada pandangan anta, golongan manakah yang beruntung?

- Hemmm … mungkin golongan yang mengetahui apa yang ada di belakang pintu itu merasai nikmatnya perjalanan dan mengatahui sebab kenapa dia berjalan. Adapun golongan yang tidak mengetahui tidak akan mengecapi apa-apa kenikmatan bagi setiap langkahnya. Jiwa mereka berada dalam keadaan resah sepanjang jalan…

- Itulah perbandingan antara kami dengan antum. Islam telah menerangkan kepada antum kesudahan perjalanan hidup di dunia ini. Sedangkan kami, kami tidak mengetahui kenapa kami melalui jalan ini? Kami tidak tahu kenapa kami hidup di dalam lingkaran ini? Hati dan minda kami terpinga-pinga mencari makna perjalanan hidup ini. Lantaran itu kami cuba mengaup segala kenikmatan yang kami temui di jalan yang gelap ini. Tetapi malangnya kami tidak mengetahui apa kesudahannya perjalanan ini?

- Bukankah agama Masihi telah menunjukkan kesudahan hidup antum?

- Maaf! Mungkin ana tersilap dalam penjelasan ana tadi. Mengetahui itu satu perkara, dan iman itu satu perkara yang lain. Kebanyakan kami memang mengetahui kesudahan, namun sedikit daripada kalangan kami yang beriman dan yakin dengan apa yang menanti di belakang pintu! Iman dan yakin inilah yang tidak diketahui kecuali mereka yang merasai kelazatannya!

- Bagaimana anta merasai kelazatannya?

- Bagi ana, ana telah hidup di dalam kegelapan bertahun-tahun lamanya. Lantaran itu ketika nampak cahaya, ana tahu perbezaannya, ana tahu kelazatannya…

Aku sedar bahawa lelaki Eropah ini telah menikmati kelazatan beragama yang aku sendiri tidak dapat menikmatinya. Aku dihambat kebingungan! Dia meneruskan bicaranya tanpa diminta…

- Tujuh tahun yang lalu, ketika ana berada di awal usia 20an, ana telah melawat Kahirah. Perkara yang menarik bagi orang Eropah ialah pyramid-pyramid yang cantik, muzium-muzium yang bernilai. Tetapi bagi ana, perkara yang paling menakjubkan adalah ketika melawat sebuah masjid lama yang penuh sejarah. Ketika itu waktu solat Asar. Ana berdiri di pintu masjid menyaksikan satu pemandangan yang biasa bagi antum. Ana melihat orang ramai keluar dari masjid selepas menunaikan solat. Yang menarik perhatian ana ialah wajah-wajah yang kelihatan tenang dan ceria dilimpahi cahaya keimanan, disimbahi ketenangan dan kebahagiaan jiwa yang sukar digambarkan. Ana melihat wajah-wajah yang berbeza daripada apa yang pernah ana saksikan sepanjang hidup ana. Ana melihat senyuman yang paling manis, paling suci yang tidak pernah ana lihat sebelum ini. Ana tidak dapat mengawal diri, lantas menghampiri salah seorang daripada mereka. Ana bertanya dalam bahasa Inggeris, tetapi dia tidak faham apa yang ana tanya. Perasaan ingin tahu membuak-buak di dalam dada, dan mereka begitu bersimpati dan mencari-cari siapa di kalangan mereka yang tahu bahasa Inggeris. Akhirnya mereka memanggil salah seorang daripada mereka. Apabila dia menghampiri, ana berkata kepadanya, saya nak buat apa yang kamu semua buat. Saya nak solat! Lelaki itu tersenyum. Dia meminta ana hadir dua jam lagi, iaitu ketika waktu Maghrib. Dia menerangkan sedikit sebanyak tentang waktu solat jamaah diadakan di masjid. Kemudian lelaki miskin yang sederhana itu membawa ana minum syai Mesir yang pekat. Sambil itu dia menerangkan kepada ana tentang solat dengan bahasa Inggerisnya yang tidak lancar. Ana pula bertanya itu dan ini dan dia menjawab dengan segala senang hati dan dada yang lapang sehinggalah berkumandang suara azan dari menara masjid Kahirah yang bergemerlapan. Ana merasakan seolah-olah suara azan mengalir ke seluruh urat nadi ana. Meskipun ana tidak faham langsung maknanya, ana rasakan bahawa itu adalah seruan yang ditujukan khas kepada ana, seruan yang terbit dari atas langit di sebalik celahan bintang-bintang. Kemudian ana mengambil wuduk bersama lelaki tersebut dan solat berjamaah. Ana tidak faham langsung tentang apa yang ana dengar kecuali ‘amin’.

- Lalu anta istiharkan keislaman anta selepas itu?



MASJID KACA DI JERMAN



- Tidak! Namun jiwaku diresapi ketenangan batin yang tidak pernah ana rasai seblumnya. Ana dapat rasakan bahawa alam ini mempunyai Pencipta dan Pemberi rezeki, dan ana dapat berhubung dengan-Nya secara langsung di saat itu. Ana benar-benar merasai bahawa ana bersama dengan-Nya di waktu sujud dan ruku’ yang singkat itu. Ana rasa, buat kali pertamanya bahawa ana sangat dekat dengan-Nya dan ana dapat meminta apa saja yang ana mahu daripada-Nya. Ana meninggalkan Mesir. Tetapi detik-detik yang singkat itu tidak pernah lenyap dari ruh ana walau seketika. Fikiran ana selalu memikirkan tentang solat secara Islam dari masa ke masa.

- Kemudian apa yang berlaku selepas itu?

- Beberapa tahun selepas itu, syarikat tempat ana bekerja menghantar ana bertugas di sebuah kampung kecil di Jerman untuk beberapa tahun. Di kampung tersebut ana melihat suatu pemandangan yang pelik. Itulah yang menjadi sebab ana memeluk Islam.

- Pemandangan yang pelik di Jerman? Apa dia?

- Ana melihat sebuah masjid lut sinar!

- Masjid lut sinar?

- Ya! Ketika para pendatang Islam ingin membina masjid di kampung tersebut, penduduknya menentang keras. Mereka mengatakan kemungkinan masjid itu dijadikan tempat menyimpan senjata secara rahsia, atau tempat mereka merancang aktiviti keganasan serta melatih para pengganas, dan lain-lain tuduhan dan kebimbangan yang tidak berasas. Di kalangan kaum muslimin terdapat seorang jurutera bangunan. Dia mencadangkan sebuah bangunan masjid yang dibuat daripada kaca. Dengan itu semua penduduk kampung boleh melihat apa yang berlaku di dalam masjid. Sungguh benar! Ketika ana melintasi masjid tersebut, ana melihat kaum muslimin sedang berbaris menunaikan solat Maghrib. Menyirap darah ana ditusuk rindu terhadap kelazatan solat yang telah tertanam beberapa tahun lalu ketika bersolat di Kahirah. Ana memberhentikan kereta, mengambil wuduk dan bersolat bersama dengan mereka. Selepas solat, ana keluar dari masjid dengan perasaan yang terbuai-buai diulit ketenangan.

- Lalu anta isytihar masuk Islam?

Dia tersenyum menyambut soalanku yang tidak sabar ingin mengetahui detik perisytiharannya sebagai muslim. Sebentar kemudian dia menyambung dengan nada suara yang lembut.

- Ketika ana berjalan keluar dari masjid, ana terpandang sekeping kertas yang tertulis waktu-waktu solat. Ana tanamkan di dalam ingatan waktu solat fajar. Apabila ana merebahkan badan di pembaringan, ana tidak dapat tidur. Fikiran ana terus diburu ingatan kepada rasa nikmat yang tidak pernah ana kecapi sebelum ini. Telinga ana terngiang-ngiang mendengar bisikan yang menyeru ana agar menyahut seruan Allah. Bisikan itu tidak putus-putus memanggil ana hinggalah tiba waktu solat fajar. Ana segera keluar ke masjid, berwuduk dan solat. Ana rasa amat dekat dengan Pencipta ana. Ana rasa cahaya mennyelinap ke dalam hati dan berenangrenang di dalam darah ana. Dan ketika sujud ana menangis teresak-esak tanpa mengetahui sebabnya. Tetapi tangisan itu sungguh nikmat dan menenangkan. Selepas solat, para jamaah mengerumuni ana. Ana memberitahu mereka bahawa bukan muslim. Seorang guru bangkit dan mengusap dada ana seraya membaca surah To Ha. Maka sekali lagi ana menangis sungguh-sungguh. Semua jamaah di sekeliling ana turut menangis. Selama ini apa yang ana belajar, orang lelaki tidak boleh menangis. Tetapi Islam mengajar ana bahawa menangis itulah kemuncak kelelakian! Lihat, Umar bin al-Khattab! Lelaki yang gagah perkasa, menangis! Harun ar-Rasyid, raja yang memerintah dunia, menangis! Maka ana mengisytiharkan memeluk Islam disahut gema takbir para jamaah di dalam masjid!

Aku meraba titis-titis air yang berguguran dari mataku sedang aku terkedu mendengar kehebatan ceritanya. Aku memandang Kaabah yang tersergam megah di hadapanku sambil bertanya diri sendiri: adakah aku pernah menangis walau satu kali cuma kerana lazatnya ibadah atau khusyuknya doa? Kenapa aku tidak pernah menangis sepanjang hidupku? Pemuda Eropah turut membisu seketika. Kemudian dia menyambung:

- Semenjak ana memeluk Islam, ana benar-benar merasai keindahan dalam mentaati Allah, rasa dekat dengan raja segala raja. Ana rasai wujudnya kekuatan yang maha hebat yang mencipta alam semesta dengan segala cakrawala, bintang-bintang dan manusia. Kekuatan yang maha hebat itu membuka pintu-Nya kepada ana dan mengizinkan ana masuk ke balai mengadap-Nya bila-bila masa yang ana kehendaki. Dan perasaan yang sungguh mengkagumkan apabila manusia kerdil seperti ana diizin masuk ke balai Maha Raja bila-bila masa untuk mengadu apa saja tentang bebanan yang ditanggung dalam hidup ini, tanpa hijab, tanpa perantara! Di dalam Islam terdapat hubungan dengan Allah dalam semua perkara. Ada doa ketika jaga dari tidur, doa ketika hendak tidur, ketika keluar dari rumah, naik kenderaan sehinggakan bersinpun ada doa yang khusus!

- Kata-kata yang sungguh indah. Seolah-olah inilah kali pertama ana mendengar hakikat ini!

- Inilah masalah antum. Antum dilahirkan bersama dengan kebenaran ini! Maka antum tidak merenungi rahsianya. Sekiranya antum tadabbur dan memikirkannya, antum akan dapat rasai makna setiap doa-doa ini, betapa mendalam rahsia-rahsianya.

- Ooo begitu rupanya anta berjalan di dalam lingkaran sambil menikmati keindahannya.

- Ya! Kalau anta hayati rahsia doa-doa dan salami makna ayat-ayat suci, anta wujudkan hubungan rahsia yang khusus dengan Allah, maka anta akan hidup di dalam lingkaran bersama manusia pada zahirnya, tetapi pada hakikatnya anta hidup bersama dengan Allah.

Sejak daripada hari itu aku hidup di dalam lingkaran ini: makan, minum, ketawa, keluar rumah, tetapi aku mempunyai hubungan yang khusus dengan Allah di dalam solatku, di waktu malam, di waktu fajar, yang menjadikan aku bahagia, redha dan rindu sentiasa untuk menemui-Nya.

Sesungguhnya hidup yang sebenarnya ada pada kelazatan taat kepada-Nya. Cubalah!!